Jumat, 31 Mei 2013

Knowledge Sharing


Knowledge Sharing



Berbagai definisi diutarakan mengenai pengertian pengetahuan. Pengetahuan bukan merupakan suatu data atau informasi, namun dapat berhubungan dengan keduanya (Davenport dan Prusak, 2000). Pengetahuan didefinisikan sebagai: a fluid mix of framed experience, value, contextual information, and expert insight that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences and information. It origins and is applied in the minds of knowers. In organisation, it often becomes embedded not only in documents or repositories buat also in organizational routines, processs, practices, and norms (Davenport dan Prusak, 1998).

Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Jacobson, 2006). Penelitian lain mengartikan knowledge sharing sebagai "the exchange or transfer process of fact, opinions, ideas, theories, princples and model within and between organizations include trial and error, feedback, and mutual adjustment of both the sender and receiver of knowledge" (Szulanski, 1996). Definisi diatas diperluas lagi dengan pernyataan bahwa knowledge sharing merupakan proses dimana individu secara kolektif dan iteratif memperbaiki sebuah pemikiran, gagasan, atau saran sesuai dengan petunjuk pengalaman (West dan Mayer, 1997). Gasasan awalnya dapat dimodifikasi secara progresif atau ditolak secara terus-menerus sampai perspektif bersama muncul. Ireland, Hitt dan Vaidyanath (2002) mendefinisikannya sebagai proses mengembangkan, mentransfer, mengintegrasikan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan efisien.

Hooff dan Ridder (2004) memberikan pemahaman mengenai knowledge sharing sebagai proses dimana para individu secara mutual mempertukarkan pengetahuan mereka (tacit and explisit) dan secara terpadu menciptakan pengetahuan baru. Definisi ini memberi gambaran bahwa dlihat dari segi perilaku knowledge sharing terdiri dari dua hal, yaitu:
  1. knowledge donating, yaitu bagaimana seseorang mengkomunikasikan model intelektual individu seseorang kepada yang lainnya.
  2. knowledge collecting, yaitu bagaimana seseorang berkonsultasi kepada pihak lain untuk melakukan model intelektual individu yang dimiliki.

Absorptive capacity
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Cohen dan Levinthal (1990). Absorptive capacity didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengasimilasi, dan mengeksploitasi pengetahuan dari lingkungan eksternal. Definisi tersebut dikembangkan lebih jauh sebagai kemampuan untuk mengenali nilai informasi baru, mengasimilasikannya, dan mengaplikasikannya secara komersil (Cohen dan Levinthal, 1990). Konsep tersebut diperluas dengan diperkenalkannya satu komponen tambahan dalam absorptive capacity, yaitu transformasi pengetahuan (Zahra dan George, 2002). Transformasi pengetahuan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mengembangkan rutinitas yang memfasilitasi kombinasi pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang baru diperoleh dan pengetahuan yang telah diasimilasi. Sehingga dimensi menurut Zahra dan George memiliki empat dimensi yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi. Kapabillitas akuisisi dan asimilasi merupakan dimensi kapasitas ´potensial´ (potential absorptive capacity) dan kapabilitas transformasi dan eksploitasi merupakan dimensi kapasitas yang "direalisasikan " (realized absorptive capacity) (Zahra dan George, 2002). Potential absorptive capacity menangkap deskripsi Cohen dan Levinthal atas kapabilitas perusahaan untuk menilai dan memperoleh pengetahuan eksternal namun tidak menjamin eksploitasi pengetahuan ini.


REFERENSI : http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=809:knowledge-sharing&catid=25:industri&Itemid=14

Sabtu, 25 Mei 2013

KMS life cycle


Knowledge Portal

Categorization

Kategori Knowledge Management System (KMS) sharing yang baik harus mengandung empat elemen dibawah ini:
  1. Knowledge creation and capture, perusahaan harus mendorong para pihak yang terlibat, seperti karyawan dan pelanggan untuk terus menciptakan pengetahuan mengenai apa yang mereka harapkan, dan perusahaan harus mampu menangkap dengan pengetahuan apa yang telah mereka ciptakan. Dengan kata lain perusahaan harus mampu mengubah tacit knowledge menjadi eksplisit knowledge
  2. 2. Knowledge sharing and enrichment, setelah pengetahuan ditangkap dan dituangkan dalam bentuk explicit maka perusahaan harus mampu membagikan pengetahuan itu kepada karyawan lainnya agar mampu memberikan masukan ataupun inspirasi untuk mengembangkan pengetahuan tersebut lebih lanjut sehingga menghasilkan sebuah inovasi baru dan pengetahuan yang relevan disaring agar knowledge asset yang akan disimpan merupakan knowledge yang benar-benar dibutuhkan.
  3. Knowledge storage and retrieval, pengetahuan yang baik tersebut harus disimpan dengan baik pula, dan mudah diakses agar siapa saja yang membutuhkan dapat mencarinya dengan mudah.
  4. Knowledge dissemination, perusahaan juga harus mampu menyebarkan pengetahuan tersebut agar dapat bermanfaat bagi semua pihak


Portal pengetahuan(Knowledge Portal atau KP) merupakan tempat kerja maya (virtual workplaces) yang mempromosikan upaya berbagi pengetahuan yang aman, diantara bebera[a katagori dari pengguna akhir.  KP memberikan kemudahan akses pada data terstruktur yang tersimpan dan mengorganisasikan data yang tidak terstruktur.  Aplikasi berbasis web ini memberikan satu tempat akses pada informasi online, dan mampu menyederhanakan akses ke data yang tersimpan dalam berbagai sistem aplikasi. Selin itu juga mampu memfasilitasi kolaborasi antar tenaga ahli dan membantu perusahaan dalam menjangkau pelanggan-penggannya.
Portal dapat memberikan solusi dan mengubah tantangan-tantangan bisnis saat ini, terkait dengan: waktu penyerahan yang lebih cepat, pergantian staf,  permintaan pelanggan dan investor yang lebih kompleks, peningkatan yang tajam dalam pengelolaan dokumen elektronik yg menjadi informasi bisnis kunci dan kecepatan dalam pengelolaan konten yang meningkat jumlah dan jenisnya. Beberapa jenis portal antara lain pengumpulan informasi (Gathering), penggolongan infdormasi (Categorization), penyebaran (Distribution), kerja sama dan kemitraan (Collaboration), pemublikasian, persoalisasi dan kustomisasi, serta untuk navigasi atau pencarian informasi.

Sumber : http://blog.trisakti.ac.id/informazi/2011/12/07/knowledge-portal-dan-km-tools/

KNOWLEDGE PORTAL PPT

Jumat, 17 Mei 2013

ARTIFICIAL INTELLIGENCE ( KECERDASAN BUATAN )

A. Definisi
  • H. A. Simon [1987] : Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah- cerdas
  •  Rich and Knight [1991] : “Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.
B. Abstrak
Manajemen pengetahuan merupakan kajian yang sedang mendapatkan perhatian dari industri dan pemerintah. Ketika kita hendak membangun organisasi pengetahuan, manajemen pengetahuan akan memainkan peran dasar terhadap keberhasilan transformasi pengetahuan individu ke dalam pengetahuan organisasi. Salah satu blok pembangunan kunci untuk mengembangkan dan memajukan bidang manajemen pengetahuan ini adalah kecerdasan buatan (AI), yang mana banyak para praktisi dan teoritikus manajemen pengetahuan mengabaikannya. Paper ini akan membahas kemunculan dan masa depan manajemen pengetahuan, dan hubungannya terhadap kecerdasan buatan. © 2001 Elsevier Science Ltd. All rights reserved.
Keywords: Knowledge management; Artificial intelligence; Expert systems
  1. Pendahuluan
Business process reengineering (BPR), Year 2000 (Y2K), sekarang knowledge management (KM). Merupakan suatu manajemen pengetahuan seperti sebuah mode yang para konsultan memimpikan untuk menjaganya agar memberikan keuntungan yang akan dikerjakan dengan segera di tahun-tahun yang akan datang atau haruskah manajemen pengetahuan diperlakukan sebagai tujuan strategis dalam organisasi untuk capturing (penangkapan), sharing (berbagi), dan leveraging (pengungkilan) pengetahuan yang lebih baik secara internal dan eksternal? Suatu perhatian dan pesimisme yang memungkinkan (atau boleh jadi konservatisme) berada dalam memunculkan manajemen pengetahuan dan melakukan inisiatif manajemen pengetahuan. Satu perhatian adalah bahwa persentase wajar dari para manajer senior meyakini bahwa manajemen pengetahuan mungkin hanya manajemen pengetahuan pelengkap dan usaha membangun kembali proses bisnis (BPR). Banyak usaha BPR telah gagal, sehingga ada perhatian bahwa manajemen pengetahuan terperangkap pada bahaya yang sama. Isu kedua adalah bahwa terdapat kekakuan yang sangat sedikit diletakkan ke dalam pengembangan metodologi-metodologi manajemen pengetahuan. Hanya sedikit perusahaan, seperti teknologi RWD, Andersen Consulting, Dataware Technologies, The Delphi Group, dan yang lainnya, telah berkembang dengan teliti menggunakan metodologi komprehensif untuk membangun proyek manajemen pengetahuan. Terkait dengan isu ini bahwa bidang manajemen pengetahuan menjadi tidak berbentuk seperti vendor yang mengklaim bahwa produknya adalah tools “manajemen pengetahuan”, tetapi secara sederhana berupa manajemen pengetahuan atau produk manajemen informasi.
  1. Manajemen Pengetahuan dan Konsep Dasarnya
Manajemen pengetahuan (Liebowitz, 1999; Liebowitz, 2000; Liebowitz and Beckman, 1998) adalah proses penciptaan nilai ases-aset tersembunyi organisasi. Ini berkaitan dengan seberapa bagus mengungkil pengetahuan secara internal dalam organisasi dan secara eksternal kepada para pelanggan dan stakeholder. Misalnya, manajemen pengetahuan mengkobinasikan berbagai konsep dari sejumlah disiplin, mencakup tindakan organisasi, manajemen sumber daya manusia, kecerdasan buatan, teknologi informasi, dan sebagainya. Fokusnya adalah seberapa bagus berbagi pengetahuan untuk menciptakan nilai tambah yang bermanfaat untuk organisasi.
Teknologi yang mendukung Knowledge management
  1. Artificial Intelligence (AI)
AI didefinisikan sebagai kecerdasan buatan yang dimasukkan ke dalam suatu entitas. Sistem ini umumnya dianggap komputer, karena kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan perkerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa metode berdasarkan kecerdasan buatan yang digunakan untuk Knowledge management systemantara lain system pakar (expert system), intelligent agent, logika fuzzy dan jaringan syaraf tiruan (neural networks).
  1. Intelligence Agents
Inteligence Agents merupakan sistem piranti lunak yang mempelajari bagaimana penggunanya bekerja dan menyediakan perantara (agent) untuk mengerjakan tugas-tugas yang dilakukan pengguna. Sebagai contoh, pada saat software intelligence agent mendapat perintah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh user, perantara pasif akan mengamati informasi-informasi apa saja yang cocok dengan kemauan atau kepentingan user, sedangkan perantara aktif akan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pilihan-pilihan user. Dalam Knowledge management System, software ini dapat difungsikan untuk mengidentifikasi dan memperoleh berbagai pengetahuan.
  1. Knowledge Discovery in Databases (KDD)
KDD merupakan suatu proses untuk mencari dan menggali informasi-informasi yang berguna dari beraneka ragam banyak data-data dan dokumen. Banyak sekali data-data lama dan dokumen penting yang terpendam didalam database pada media penyimpanan yang berkapasitas besar sehingga dibutuhkan proses data mining yang ideal untuk memperoleh kembali data-data yang penting tersebut.
  1. Extensible Mark-up Language (XML)
XML merupakan bahasa mark-up serba guna yang menjadi standar dari world wide web consortium untuk mendiskripsikan berbagai macam struktur data, sehingga data dapat terproses secara tepat oleh system yang berbeda-beda tanpa harus melakukan proses programming lagi. XML tidak hanya dapat mengautomatisasi berbagai proses dan mengurangi pekerjaan tulis-menulis tetapi juga dapat berkolaborasi dan mendistribusikan pengetahuan yang lebih baik antar partner bisnis.

REFERENSI :
- http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/05/29/knowledge-management-and-its-link-to-artificial-intelligence/
- http://stevanustanly.wordpress.com/2010/05/25/teknologi-yang-mendukung-knowledge-management/

Senin, 13 Mei 2013

Knowledge Codification Tools


KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM :KNOWLEDGE SHARING CULTURE PADA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

Nama kelompok .
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141
083

A. Knowledge Map
Kodifikasi pengetahuan adalah tahapan selanjutnya dari memperluas pengetahuan.  Dengan mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang eksplisit dan tangible seperti suatu dokumen, pengetahuan dapat dikomunikasikan secara lebih luas dan dengan sedikit biaya.  Interaksi terbatas dalam ruang lingkup  mereka yang  dapat mendengar atau dapat melakukan kontak tatap muka langsung.  Dokumen dapat disebarkan secara luas melalui intranet korporat dan berlangsung lama, yang dapat membuatnya tersedia sebagai referensi dan ketika diperlukan, baik oleh staf yang ada dan staf di masa yang akan datang.  Kodifikasi pengetahuan membentuk memori korporat organisasi yang “nyata”.
            Kodifikasi Pengetahuan :
  • Pengorganisasian dan mewakili pengetahuan sebelum diakses oleh personil yang berwenang.
  • Bagian pengorganisasian biasanya dalam bentuk pohon keputusan, tabel keputusan, atau bingkai.
  • Konversi pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit dalam bentuk yang dapat digunakan.
  • Konversi informasi tidak terdokumentasi menjadi informasi yang didokumentasikan.
  • Membuat perusahaan-spesifik pengetahuan yang terlihat, mudah diakses, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Cognitive Maps
Ketika keahlian (expertise), pengalaman dan know-how telah disebarkan secara eksplisit, biasanya melalui suatu bentuk wawancara, konten yang dihasilkan dapat direpresentasikan sebagai peta kognitif.  Peta kognitif adalah cara yang baik untuk mengkoding pengetahuan yang ditangkap karena peta juga menangkap konteks dan antarhubungan yang kompleks antara konsep-konsep kunci yang berbeda.  Peta kognitif berdasarkan pemetaan konsep (Leake et al., 2003), peta konsep merepresentasikan konsep dan relasi dalam bentuk grafik dua dimensi, dengan node/titik merepresentasikan konsep kunci yang dihubungkan oleh hubungan-hubungan (links) yang merepresentasikan proposisi.  Hal ini hampir sama denagn jaringan semantik yang digunakan oleh berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, pendidikan dan sistem berbasis pengetahuan.  Tujuan dari sistem ini adalah untuk mengorganisasikan lebih baik pengetahuan eksplisit dan menyimpannya dalam memori korporat untuk penympanan jangka panjang.
Teknik dan Metode Kodifikasi Pengetahuan (alat dan prosedur)
I.            Pemetaan Pengetahuan
  • Berfungsi membimbing,
  • Representasi visual pengetahuan, bukan repository,
  • Sebuah direktori yang menunjuk langsung kepada orang-orang, dokumen, dan repository,
  • Mengarahkan orang ke mana harus pergi ketika mereka membutuhkan keahlian tertentu,
  • Menerima penangkapan pengetahuan eksplisit dan tacit dalam dokumen dan di kepala para ahli.

II.            Siklus Building
  • Setelah Anda tahu di mana pengetahuan berada, Anda hanya menunjuk ke sana dan menambahkan petunjuk tentang cara untuk sampai ke sana,
  • Sebuah perusahaan intranet adalah media umum untuk pengetahuan peta penerbitan,
  • Kriteria Building : kejelasan tujuan, kemudahan penggunaan, ketepatan isi, 
III.            Tabel Keputusan
  • Lebih seperti spreadsheet – dibagi ke dalam daftar kondisi dan nilai-nilai masing-masing dan daftar kesimpulan,
  • Kondisi yang cocok dengan kesimpulan,
IV.            Pohon Keputusan
  • Diatur sebuah jaringan semantik hierarkis,
  • Terdiri dari node yang mewakili tujuan dan link mewakili keputusan atau hasil,
  • Baca dari kiri ke kanan, dengan akar berada di sebelah kiri,
  • Semua node kecuali simpul akar adalah contoh dari tujuan utama. Lihat Gambar dibawah,
  • Langkah pertama sebelum kodifikasi yang sebenarnya,
  • Kemampuan untuk memverifikasi logika grafis dalam masalah yang melibatkan situasi yang kompleks yang menghasilkan sejumlah tindakan,
V.            Frames
  • Merupakan pengetahuan tentang ide tertentu dalam satu tempat,
  • Menangani kombinasi pengetahuan deklaratif dan operasional, yang membuatnya lebih mudah untuk memahami masalah domain,
  • Memiliki slot (objek tertentu atau atribut dari suatu entitas) dan facet (nilai dari suatu obyek atau slot),
  • Ketika semua slot diisi dengan nilai-nilai, frame dianggap instantiated.
VI.            Taksonomi Pengetahuan
Konsep dapat dipandang sebagai  blok-blok bangunan pengetahuan dan keahlian.  Kita masing-masing menggunakan definisi internal kita sendiri mengenai konsep untuk membuat sense terhadap dunia sekitar kita.  Ketika konsep kunci telah diidentifikasi dan ditangkap, mereka dapat diatur dalam suatu hierarki yang sering mengacu sebagai suatu taksonomi pengetahuan struktural.  Taksonomi pengetahuan membat pengetahuan dapat secara gambar direpresentasikan sehingga merefleksikan organisasi konsep dalam bidang keahlian khusus atau untuk organisasi secara lebih luas.
Kamus pengetahuan (knowledge dictionary) adalah cara yang baik untuk menjaga konsep dan istilah kunci yang digunakan.  Hal ini mungkin disusun pada saat anda mengakuisisi dan mengkoding pengetahuan.  Hal ini harus secara jelas didefinisikan dan diklarifikasi oleh “jargon” profesional berdasarkan domain permasalahan.  Taksonomi adalah sistem klasifikasi dasar yang membuat kita dapat menggambarkan konsep dan ketergantungannya-biasanya dalam bentuk hierarki.  Makin tinggi konsep diletakkan, makin umum atau generik konsep tersebut.   Makin rendah suatu konsep ditempatkan, makin spesifik hal tersebut pada kategori level tinggi.  Konstruksi taksonomi melibatkan identifikasi, mendefinisikan, membandingkan dan mengelompokkan elemen.  Ketika menciptakan taksonomi pengetahuan oganisasi, hal ini sangat penting untuk mengidentifikasi pemilik konten.  Taksonomi ini membantu memastikan konten akan selalu up to date.  Organisasi akan juga memiliki ide jelas dari masing-masing anggota staf sebagai pemilik pengetahuan tertentu.  Taksonomi pengetahuan ini (kadang-kadang disebut peta pengetahuan) juga harus memanfaatkan metadata, yang ditandai pada “informasi tentang informasi”-sebagai contoh : penandaan konten dengan pemilik konten, tanggal “sebaiknya sebelum”, informasi klasifikasi seperti kata kunci, informasi spesifik-bisnis seperti audience yang dimaksud dan industri vertikal yang dituju.

REFERENSI :
- http://matakuliahmanajemenpengetahuan.wordpress.com/2013/04/08/tugas-7-4/
-http://matakuliahmanajemenpengetahuan.wordpress.com/page/16/

Others Techniques to Capture Tacit Knowledge


KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM :KNOWLEDGE SHARING CULTURE PADA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

Nama kelompok .
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083

A. On-site Observation (Action Protocol)
          On-site observation, (action protocol) adalah proses mengamati, menginterpretasi dan mencatat perilaku pakar ketika memecahkan suatu masalah. Teknik ini memerlukan konsentrasi pada semua langkah karena dilakukan oleh pakar secara men-detail.
          Knowledge developer harus bertanya kepada pakar tentang proses penyelesaian masalah. Knowledge developer harus banyak mendengar dibandingkan dengan berbicara, menghindari adanya bantahan atau melakukan adu argumen kepada pakar ketika sedang melakukan kegiatannya.
- (on-site observation)
ü Observasi dilakukan ditempat kerja
ü Proses mengamati, menafsirkan, dan merekam perilaku ahli pemecahan masalah yang terjadi
ü Dibandingkan dengan proses wawancara, pengamatan di lapangan membawa pengembang pengetahuan lebih dekat dengan langkah-langkah nyata, teknik, dan prosedur yang digunakan oleh ahli.

Kelemahan On_site Observation
ü bahwa kadang-kadang beberapa ahli tidak suka diamati
ü Reaksi dari rekan-rekan selama pengamatan dapat mengganggu
ü Kerugian lain adalah akurasi / kelengkapan pengetahuan ditangkap melemah kesenjangan waktu antara pencatatan dan pengamatan.

Knowledge sharing merupakan sebuah aktivitas dimana pengetahuan (informasi, skill, dan keahlian) ditukarkan kepada orang lain, teman, atau bahkan anggota keluarga, dan komunitas pada sebuah organisasi.
Knowledge sharing tidak hanya sekedar memberikan sesuatu kepada orang lain atau mendapatkan sesuatu dari mereka sebagai hasil timbal balik. Namun knowledge sharing terjadi ketika orang-orang secara alami tertarik untuk membantu satu sama lain untuk membangun kompetensi dan kapasitas yang baru untuk bertindak. Jadi knowledge sharing bukan sesuatu yang dipaksakan atau di siapkan secara formal, namun mengalir secara alamiah dan ada unsur kerelaan untuk membantu orang lain demi kemajuan atau mencapai tujuan tertentu.
Knowledge sharing juga disebutkan merupakan proses penciptaan pembelajran. Hal tersebut dimaksudkan bahwa melalui kegiatan knowledge sharing, maka se-seorang akan mendapatkan pemahaman, wawasan baru terhadap suatu hal, dan peningkatan tersebut merupakan salah satu bentuk dari adanya pembelajaran.
Fokus utama dari knowledge sharing adalah kemampuan seseorang untuk mengeksplisitkan dan meng-komunikasikan pengetahuan kepada individu, grup, dan organisasi. Selanjutnya dalam knowledge management system, seorang individu diharapkan mampu mengkon-tribusikan pengetahuan mereka melalui system yang telah disediakan oleh organisasi daripada di-share secara personal atau kelompok tertentu saja. Knowledge mana-gement system merupakan kunci utama keber-hasilan kegiatan knowledge sharing di organisasi.
Isu utama dalam knowledge management system adalah harus bisa menunjukkan bahwa knowledge merupakan sebuah ‘benda publik’/public good. Artinya adalah bahwa knowledge atau penegtahuan tersebut harus tersedia untuk seluruh anggota organisasi tanpa melihat apakah mereka semua turut berkontribusi apa tidak.  Namun masalah muncul ketika ada beberapa individu yang menikmati pengetahuan bersama tersebut tanpa memberikan kontribusi. Isu tersebut masih menjadi hal yang membuat knowledge sharing menjadi kegiatan yang sulit untuk dilakukan.
referensi :
-http://noveanna-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70249-Knowledge%20management-Knowledge%20Sharing.html
- http://www.tinylook.com/onsite-observation-action-protocol-adalah-115313-ppt.html

CAPTURING TACIT KNOWLEDGE


KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM :KNOWLEDGE SHARING CULTURE PADA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

Nama kelompok .
1. Suci Permata Sari 10141127
2. Rischa Yulianty 10141123
3. Yordan 10141021
4. Ivan Batara 10141193
5. Aditya 10141060
6. Wiwit Sumantri 10141083

1.       Berikut ini adalah 10 Question for Interview
A.    apa latar belakang dari diterapkan nya kms knowledge sharing culture pada jurusan sistem informasi universitas bina darma palembang
B.      apa tujuan knowledge management bagi sistem informasi tersebut?
C.      bagaimana  diterapkan nya system knowledge sharing culture  ini ?
D.     apa saja pengetahuan umum yang  tersedia dalam universitas  ini dan jelaskan?
E.      dari pengetahuan tersebut, yang manakah yang paling mudah di kelolah sehingga pemanfaatannya sangat di rasakan pengguna?
F.       apa saja tahapan dalam knowledge management agar suatu knowledge yang tersimpan dalam organisasi (universitasi bina darma) dapat dikelola dengan baik?
G.    sejauh ini apa saja pemanfaatan knowledge sharing culture pada jurusan sistem informasi universitas bina darma palembang ?
H.     bagaimana penerapan teknologi informasi knowledge sharing culture universitas bina darma ?
I.        bagaimana proses interface mengenai sistem informasi knowledge sharing culture universitas bina darma  yang diterapkan saat ini?
J.        apakah komponen yang paling penting dan dibutuhkan dalam penerapan knowledge managemen system ini di knowledge sharing culture universitas bina darma?




2.       Berikut ini adalah 10 Question for  Questionairre

1.bagaimana penerapan Knowledge Management system pada knowledge sharing culture di Universitas BINADARMA ?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

2.Bagaimana Bentuk teknologi dalam knowledge sharing culture ini?

a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

3.Apakah KMS yang diterapkan sudah sesuai tujuan?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

4.Bagaimana pengelolahan knowledge sharing culture pada universitas bina darma ?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

5.bagaimana pengelolahan pengetahuan tacit dalam knowledge sharing culture pada universitas bina darma?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

6. Bagaimana pelayanan knowledge sharing culture pada universitas bina darma  setelah di terapkan nya KMS?

a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik


7. Apakah system knowledge sharing culture pada universitas bina darma  yang diterapkan sudah baik dan mudah untuk di terima?

a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

8. fasilitas yang di sediakan dalam knowledge sharing culture pada universitas bina darma ?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

9. Bentuk tampilan dari KMS knowledge sharing culture pada universitas bina darma  yang telah di terapkan?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik

10.bagaimana pengelolahan  KMS knowledge sharing culture pada universitas bina darma?
a. buruk
b. cukup
c. baik
d.sangat baik